
''anDai langit tak semendung ini,
mungkin kita bisa lebih lama bercinta dibukit ini, menikmati purnama ...
merasakan desah nafas yg tertipu dinginnya angin...."
Sekarang sendiri.......
Aku mengutip sisa kata itu dibukit yang pernah kau puisikan dan warnai dengan pulas hatimu ini
dengan wajah tengadah dan kelopak mata yang tak pernah tentram menunggu kau jelajahi dengan sekeping sapa atau senyummu yang menyamai manisnya purnama kala itu
aaah......... sejak kepergianmu udara selalu mendingin seperti sorot mata para pemburu,
meniadakan apa yang disebut dengan cinta membunuh segala apa yang disebut dengan tawa, dan hanya menyisakan gemetar juga simpul simpul tawar di bibir …
sepertinya aku ingin menyedu bergelas gelas tuba untuk meniadakan setengah jiwaku biar kujelmakan setengah sisanya sebagai anak panah,
kutancapkan pada akar pohon damar tempat dimana kau dan aku pernah bertemu. kembalilah purnamaku.....
Komentar
Posting Komentar